my art

my art

Rabu, 22 Agustus 2012

Lose You

-Lose You

Ketika kamu merasa kehilangan seseorang yang sudah berada dekat denganmu namun tiba-tiba dia menghilang, itu mungkin dia sedang tidak benar-benar menghilang
mungkin dia hanya diam untuk berpikir atas apa yang harus dia lakukan kepada kita yang mencintainya
namun dia ? apakah kita sesungguhnya mengerti bagaimana perasaan dia pada kita ?
bisa saja selama ini dia mendekati kita namun dia hanya menjadikan kita sebagai teman baik. 
tidak ada yang tidak mungin selagi memang itu nyata dan memang bisa terjadi kapan saja dan pada siapa saja tidak pula juga bisa aku


dan ketika kita menunggu untuk dia, apakah dia mengerti bahwa kita menunggunya ?
apakah dia sadar bahwa kita sangat merindukannya ?
apakah dia mengerti selama ini dia sudah memberi kebiasaan yang membuat kita menjadi ketergantungan padanya ?
siapa yang akan menjawab semua pertanyaan yang ada di otak kita, sehingga membuat kita bertanya-tanya hingga tak berujung ?
waktukah ?
mungkin.
sampai kapan ?
kalau tanya seperti itu lebih baik hentikan untuk menunggu, mengertilah sesungguhnya menunggu itu menyakitkan
apa lagi menunggu hal yang tidak pasti, namun juga mengertilah bahwasanya kamu sabar menunggu pasti akan menuai hasil yang menyenangkan
hidup itu pilihan tinggal pilihanmu yang mana dan semua piliahn itu pasti ada resikonya

dan ketika kamu merasa kehilangan ikhlaskanlah karena semua akan mudah karena Allah :) 
memang sulit namun dengan niat pasti kita tidak akan pernah merasa kehilangan meskipun kita tidak dapat memilikinya :) 
 
 
 


Lampion

Matahari sudah berubah warna menjadi orange pekat, menikmati senja di balkon rumah seperti ini jarang sekali aku lakukan. Sudah seminggu sejak lulus kuliah dari Universitas Negeri Semarang yang biasa di sebut dengan Unnes dengan gelar Sarjana Seni Rupa aku tidak pernah keluar dari studioku. Kecuali hanya untuk makan, mandi, tidur dan kegiatan rumah lainnya. Bahkan selama seminggu ini aku tidak keluar untuk hang out atau sekedar nonton bersama teman temanku dan oh aku melupakan bahwa aku mempunyai ponsel yang yang harusnya aktif sejak lima hari yang lalu dan sekarang aku lupa menaruh dimana BlackBerryku itu.

Setelah senja berganti malam aku masuk ke dalam kamarku dan mencoba mencari BlackBerryku. Yah dan teryata smartphone itu tergeletak di atas meja kecilku yang di sampingnya terdapat kertas warna cream dengan sedikit bercak hot coklat yang yang sejak lima hari lalu tidak sengaja tumpah di atas kertas itu. Aku mengambil kertas itu dan melihatnya ulang. Aku hanya tersenyum pahit melihat coret-coretan tidak jelasku pada kertas itu. Lalu sesegera aku masukan kertas itu ke dalam laci yang masih bergabung menjadi satu dengan meja kecilku. Smartphoneku teryata mati dan aku langsung segera menggambil charger BlackBerryku dan menyambungkan dengan stopkontak yang berada didalam kamarku. Setelah beberapa menit sudah terisi aku menekan tombol on-off pada Smartphoneku dan ku diamkan beberapa menit sampai bunyi ringtone BBM, SMS, dan Twitter membuyarkan lamunanku. Ada 35 BBM masuk dan 10 SMS serta 8 new tweet baru yang sudah lima hari aku diamkan.
Yang pertama aku buka pasti BBM dan separuh lebih dari 35 itu hanya Broadcast dari teman teman BBM.ku dan beberapa dari sahabat sabahat dan teman teman terdekat yang mungkin mencoba menguhungiku namun handphoneku mati sejak lima hari lalu. Sedikit membuatku kecewa karena tidak ada BBM ataupun SMS dari Nuzy.

Sudah 3 bulan yang lalu sampai sekarang aku tidak pernah mendapat kabar dari dia. Sebenernya aku sudah mencoba menghunginya namun sepertinya dia enggan untuk membalas sapaanku. Setelah itu aku hanya diam dan menunggu teryata sampai sekarangpun tidak pernah ada kabar darinya. Aku melanjutkan membuka twitterku dan begitu aku membuka Ubertwitterku aku melihat Timeline @nuzynwibowo : sorry yaa gue gak ada maksud buat lo kecewa.
Nyesek banget tapi pasti juga bukan buat aku. Dari pada bete buka twitter exit dan aku matikan Smaartphoneku. Aku berjalan memasuki ruang studio lukisku dan aku urungkan untuk meneruskan lukisanku yang tertema Lampion.


"Delisa" panggil mba Mitha dari balik pintu. Mba Mitha ini kakak perempuanku satu satunya, dia bertubuh mungkil dan badannya sedikit gemuk, rambutnya ikal sepundak, wajahnya bulat beda dengan wajahku, dia juga mempunyai kulit yang putih, matanyapun juga bulat, hidung agak pesek namun dia manis karena lesung pipinya yang membuat dia manis saat tersenyum, dia masih tinggal bersama aku dan ibu dan ayah, karena barusan dia melahirkan seorang anak perempuan jadi sekarang keadaan rumahku sudah berbeda sejak adanya bayinya mba Mitha dek Salsa namanya.
"iyaa mba masuk aja aku di dalam" kataku dari dalam studio
 "kamu masih melanjutkan melukis yang kemaren?" tanyanya
"iya mba semalem belum selesai jadi sekarang mau aku lanjutkan, memangnya ada apa mba?"
"sepertinya kamu seminggu ini tidak pernah keluar rumah? tumben sekali tidak bosan berada di rumah terus?"
"ha-ha-ha iya mba rencanaku setelah aku selesai melukis lampion ini aku akan pergi nonton dengan teman teman lama sekali rasanya tidak bertemu dengan mereka"  kataku sambil membayangkan betapa senangnya bertemu mereka kelak.
"ohya ? baguslah kalau begitu mba cuma gak pengen kamu berlarut untuk terus memikirkan Nuzy yang tidak jelas itu"
"iya mba sekarang yang aku lakukan hanya mengikuti apa yang terjadi" dan seulas senyum ku berikan pada mba Mitha
"hm bagaimana kalo kamu mba kenalkan sama teman mba? dia tidak seusia dengan mba dia lebih muda baru saja berumur 22 dia guru baru di sekolah mba, rupa rupanya tampan, berwibawa dan dia cukup akrab sama mba" cerita mba Mitha
"maaf mba bukannya aku menolak tapi sungguh aku belum berpikir untuk membuka hati pada laki-laki lain mba, aku belum sepenuhnya melupakan Nuzy jadi aku putuskan untuk tetap sendiri dulu sampai nanti masanya mba" kataku
"iya mba ngerti kok ya sudah kamu lanjutin aja melukisnya biar cepat selesai dan kamu bisa istirahat yang cukup" mba Mitha mengusap rambutku dengan lembut sepertinya dia sangat memahami cara membuatku tenang dengan melakukan itu. Aku hanya tersenyum dan melihat mba Mitha sudah keluar dari ruang studioku.

Aku mulai mengambil beberapa warna dan aku campurkan hingga menjadi wana paradise pink dan aku torehkan kuas yang berukuran sedang yang pucuk kuasnya sudah berwarna paradise pink, dari tengah atas tanganku berjalan membentuk sebuah lingkaran memenuhi hampir tengah kanvas berukuran 1 meter dengan lingkaran berbentuk Lampion bewarna paradise pink dan aku mulai meluapkan emosiku yang tetap ku kontrol agar hasil lukisanku tidak terlihat aku sangat kecewa denngan melukiskan sebuah Lampion. Aku campurkan warna putih di tengah lingkaran paradise pink agar terlihat bercahaya seperti layaknya lampu lampu Lampion yang menyinari gelapnya malam hingga gelapnya malam menjadi indah.

Aku hanya membutuhkan Lampion saat ini aku membutuhkan penerangan untuk menyinari hatiku yang gelap saat ini, untuk menjawab dari macam pertanyaanku yang hanya bisa ku simpan tanpa jawaban jelas darimu, dari diamnya aku dalam minggu ini, bukan terpuruk namun aku hanya diam untuk berpikir seharusnya apa yang harus aku lakukan untuk mengetahui jawaban atas pertanyaanku, aku membutuhkanya, ya aku membutuhkan Lampion yang sekarang sudah aku gambarkan dalam kanvas berukuran 1 meter, bewarna paradise pink untuk warna dasar yang di kombinasi dengan warna putih ditengah dan warna hitam pekat aku tambahkan di samping dan memenuhi kanvas yang kosong agar terkesan suasana malam hari. Aku goreskan sedikit warna mangir di pingkir warna putih sebagai efek pantulan cahaya dari lampu Lampion.

Aku gunakan cat acrilic yang warna emas dan aku membuat coretan yang lebih terkesan seperti bintang menurut aku yang aku torehkan diatas Lampion itu juga agar terlihat efek bintang di malam hari. Setalah aku merasa cukup puas dengan hasil lukisanku tidak terlupa aku tuliskan nama, tanggal, hari, jam dan tanda tangan karena itu ciri khas seorang seniman.

"hah lega" aku berkata pada diriku sendiri sembari aku tersenyum senang karena dalam waktu 4 jam aku dapat menyelesaikan lukisan Lampionku yang mungkin akan menjadi lukisan bersejarah karena selesai dalam waktu yang singkat, tidak seperti lukisanku yang lain yang biasa selesai hanya dalam maksimal sehari.
Mungkin ini karena efek aku sedang galau kata anak anak muda jaman sekarang jadi seketika saat aku sedih aku meluapkan melalu melukis. Tidak sia-sia aku menjadi Sarjana Seni Rupa yang memfokuskan pada lukisan. Meskupin lukisanku jauh tidak bagus untuk seorang yang sekarang sudah bisa di sebut dengan seniman. Dan aku pikir menjadi seniman itu mudah tapi teryata aku di bodohi oleh diriku sendiri bahwa sebenernya menjadi seniman itu bukan hal yang mudah susah sekali malah. Namun saat ini aku masih berusaha menjadi seniman ya sambil jalan dan tetap berkarya.

Aku duduk sendiri di balkon depan studioku. Rancangan rumah minimalisku memang aku yang merancangnya setalah ayah dan ibu memberiku kesempatan untuk merobah rumah kami ini. Jadi aku buat studioku berada di rumah atas bagian belakang yang depannya aku beri balkon agar saat aku penat aku dapat langsung membuka mintu depan dari arah studioku dan dapat melihat pemandangan gunung yang masih alami di daerah rumahku. Rumahku memang berada di kampung namun aku menyukainya karena udara masih sejuk dan tidak terlalu ramai sehingga aku dapat bekarya dengan tenang disini.

Di depan balkon aku beri dua pasang kursi lipat satu set dengan meja bundar yang bewarna coklat muda dan kuberi vas bunga mawar meskipun dari plastik namun itu terlihat indah, lalu di atas meja kursi itu aku berikan lukisan bunga, itu hasil lukisanku waktu pertama kali aku memasuki kuliah semster satu masih mengunakan media cat air yang aku beri figura warna hitam agar warna merah pada bunga sepatu terlihat jelas di dalam figura itu. Aku sangat menyukai lukisan itu mesti lukisan itu mungkin sangat buruk di banding dengan lukisanku saat ini yang sudah mulai banyak berkembangan namun aku tetap suka melihatnya. Dan di samping kanan kiri aku berikan topeng hasil karyaku sewaktu semester 2, topeng berwajah jepang yang bentuknya mengambarkan wajah orang jepang, dengan pipi gimbul dan jidat yang jenong. Bewarna kuning muda dengan rambut hitam, mata sipit yang lentik, bibir ciut yang aku beri warna merah merona, dan bulatan pada kedua pipi aku beri warna merah juga.  

Aku menduduki salah satu kursi dan menikmati hot coklat yang aku buat sejak satu jam yang lalu dan sekarang sudah agak dingin. Sambil menikmati malam yang dingin aku hanya diam dan entah kemana jalannya pikiranku namun aku sudah merasa sedikit lega dengan melukiskan Lampion tadi.
Dan mungkin tanpa tersadari pikiranku mulai terhenti pada Nuzy......