Aku masih mengingat sosok laki-laki itu. Nuzy iya dia masih ada dalam benaknya, semakin aku ingin melupannya selayaknya Nuzy semakin kuat mengandeng hatiku. sungguh aku ingin melupakan Nuzy sepenuhnya. kalau perlu anggap kita tidak pernah saling kenal. namun apa dayanya saat hati tidak berpihak dengan keinginanya. hari ini aku akan bertemu dengan Ryan dan Bonny. aku tidak ingin saat bertemu dengan seorang kolektor pikiranku masih campur aduk dengan Nuzy yang belum tentu juga memikirkanku.
lamunanku terhenti saat handphoneku berdering dan terlihat Ryan memanggil, segera aku mengangkatnya. "hallo Yan" sapa ku, "hey Sa udah siap? aku bentar lagi sampai rumahmu" kata Rian dengan nada yang terburu-buru. "iya sudah kok aku tunggu di bawah" jawab ku sembari mematikan telpon itu. segera aku menuruni anak tangga dan menuju ke teras rumah menunggu Ryan datang dan memang tidak lama Ryan sesegera menunjukan diri dengan mobil vios merahnya yang berjalan menuju teras depan rumahku. dan langsung aku berjalan menghampiri Ryan langsung memasuki mobil itu. "hey langsung jalan aja yuk" ajakku pada Ryan. "oh oke" jawab Ryan singat sembari menjalankan mobilnya.
"kita akan bertemu dengan Bonny dimana?" tanyaku pada Ryan yang membuka berbincangan kala itu. "hm ketemu di caffe kita biasa" balas Ryan. dan saat itu kita hanya diam sampai ke caffe. karena caffe itu tidak jauh dengan rumah aku sehingga kita dapat sampai di caffe itu dengan cepat. dan saat kita berjalan masuk seorang laki-laki berlambaikan tangan ke arah aku dan Rya. dan lambaian itu di sambut oleh Ryan, tidak salah lagi laki-laki itu pasti Bonny. aku dan Ryan menghampiri Bonny yang duduk di sebalah jendela dan aku serta Ryan ikut gabung duduk bersama Bonny.
"hallo seniman apa kabar?" sapa Bonny dengan senyum lebar dan menjabat tangan Ryan. "ha-ha-ha baik Bon malah sangat bahagia karena bisa bertemu denganmu" goda Ryan di sembari tawa oleh kita bertiga. "ha-ha sial kamu Yan" kata Bonny dengan disembari tawa. "oh iya Bon ini Delisa sahabatku yang sudah aku ceritakan padaku kemaren" kata Ryan dengan menunjuk aku yang duduk di sebelahnya. "hey Delisa" sapa Bonny dengan mengancungkan tangannya dan tersenyum ramah padaku. "hey Bonny" sapaku juga diiringi oleh seulas senyum. "jadi kamu Delisa Ratna seniman wanita dengan aliran dekoratif?" tanya Bonny masih dengan pandangan kagum saat menatapku. "hah gak sampai segitunya kok Bon masih kerenan juga Ryan" kataku dengan sedikit malu karena di puji oleh pria ini. "ha-ha-ha memang begitu kenyataanya buktinya kalian akan mengadakan pameran lukisan, luar biasa sekali itu kalau menurut aku" kata Bonny yang kali ini menatap saling ganti antara aku an Ryan. "itu kan sudah impian aku dan Delisa lama sewaktu jaman kuliah Bon, jadi kalau sekarng tercapai itu karena Tuhan sudah bosan dengan doa ku yang hanya itu-itu saja ha-ha-ha" Ryan dan Bonny tertawa dan akupun mengikutinya karena bicara Ryan yang konyol itu membuat kita tertawa.
setelah kita lama ngobrol waktu sudah menunjukan sore hari dan kami pun berpamitan dengan Bonny yang juga keluar bareng kita dari caffe hanya saja harus berpisah di depan gerbang caffe. tidak lama pula aku sudah menginjakkan kakiku di depan gerbang rumah, "makasih ya Yan, kamu gak mau mampir dulu di rumah?" tanyaku sebelum keluar dari mobil Ryan. "gak ah Sa aku capek besok kan kita juga ketemu gak mau banget kamu pisah sebentar saja dari aku ha-ha?" kata Ryan yang selalu menjawab pertanyaan dengan candaan. "his pede banget si, mau banget aku kangen terus sama kamu? kasian banget ya gak ada yang ngagenin ha-ha" ledekku dengan keluar dari mobil Ryan. dia mencomel dan tak kugubris aku segera mengusirnya pergi. aku berjalan memasuki rumah dan sebelum membuka pintu handphoneku berdering menandakan ada telpon masuk dan nomor tidak di kenal telah memangilku.
"hallo ini siapa?" tanyaku yang sembari berjalan membuka pintu dan langsung menaiki anak tangga untuk menuju kamar. "hallo Delisa aku Bonny" kata pria di ujung telpon sana. aku sempat tersentak Bonny pria yang baru aku kenal beberapa jam yang lalu menelponku, aku diam sejenak hingga Bonny memanggilku dan menyadarkanku. "eh iya Bon bagaimana apakah ada hal yang perlu dibicarakan?" tanyaku sedikit serius. "oh tidak aku hanya ingin menayakan apakah kamu sudah sampai di rumah?" tanya pria itu sdikit canggung. "oh sudah baru saja aku menapakan kaki di kamarku"
dan mulai saat itu aku dekat dengan Bonny. ya dia cukup asik saat mengobrolkan macam-macam lukisan, tidak hanya itu teryata wawasannya sangat luas tentang apa saja yang aku ketahui dia juga mengetahui, ini seperti sesuatu puzzel dalam diriku yanghilang telah kembali utuh dengan kehadiran Bonny. memang singkat perkenalan kita namun Bonny dengan cepat memasuki kehidupanku dan kita sering jalan bareng bahkan sangat sering Bonny mampir kerumah dan menghabiskan waktunya hanya untuk menemaniku melukis untuk pameran ku dan Ryan.
memang aneh awalnya aku tidak tertarik dengan pria ini, tapi entah apa yang membuat aku jadi sedekat ini dengan Bonny. dan malam ini pria ini mengingatku pada sosok Nuzy, aku dan Nuzy kenal dengan singat dan dekat dengan cepat hanya saja aku dan Nuzy tersekat oleh jarak yang jauh tapi Bonny dekat sangat dekat malah.
haruskah aku melepaskan Nuzy seutuhnya dan berhenti menunggunya? dan secepat inikah aku harus berpaling pada Bonny? lalu benarkan Nuzy yang selama ini aku sebut cinta sejati? aku ada dalam posisi sulit yang harus memilih...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar